Hujan Selalu Punya Cerita


Sore itu, awan mendung kembali menyapa langit senja. Butiran air perlahan membasahi tanah. Hujan menyambangi bumi lagi.

Hujan adalah kesedihan. Hujan adalah kenangan. Hujan adalah pembelajaran. Hujan adalah kebahagiaan. Begitu pula hujan adalah kasih sekaligus kisah bagi masing-masing makhluk Tuhan. Hujan selalu punya cerita, entah sederhana, suka, duka, pun bahagia.

Manusia adalah makhluk pembenci dan pecinta setiap kejadian. Tak terkecuali terhadap hujan. Hujan sore itu cukup deras sepanjang perjalanan menuju sekolah adik. Walaupun manusia sudah membuat alat penangkal hujan berupa jas hujan yang bisa dipakai saat mengendarai motor, tapi hujan entah kenapa masih membasahi beberapa bagian tubuhku. Maklum, jas hujan abal-abal. Hujan semakin deras menyambangi bumi sewaktu aku sampai di sekolah adik. Aku lepas helm yang ku pakai. Memastikan bahwa air mata langit tak terlalu membasahi celana dan kaus yang aku pakai. Setelah menggendong tas milik adik didepan, aku sesegera memakai helm. Kembali menerjang hujan dalam perjalanan.

Agak jauh dari sekolah itu, genangan air memenuhi jalanan. Pengendara melaju pelan-pelan dengan kendaraan pribadi mereka masing-masing. Tak jarang para pengendara motor atau mobil pun seketika menjadi pembenci hujan. Lalu, dititik ini apakah hujan bersalah? Atau manusianya yang bersalah karena kebiasaan buang sampah tak pada tempatnya?

Sejujurnya ini seperti sebuah 'rasa', hujan tak pernah datang dengan maksud yang buruk. Tetapi, mungkin keadaan dan manusia sendiri yang membuatnya menjadi buruk. Karena hujan selalu punya tujuan baik ketika turun. Hujan memberi harapan ditiap tetes air yang mengalun. Hujan membuat tumbuhan harum dan berbunga. Pun hujan membuat manusia belajar untuk tumbuh dewasa - termasuk didalamnya untuk belajar membuang sampah pada tempat yang semestinya.

Tentang hujan, memang sudah sedari dulu tertuliskan dalam mantra semesta, bukan? Aku harap kita bisa sedikit lebih memahami: ... sesungguhnya Kami telah turunkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran - mantra semesta nomor 25 ayat 50. Aku bukan mau kelihatan agamis dan menggurui dengan mengutip mantra semesta di atas, tetapi memang kurang lebih begitulah bunyi dari mantra semesta nomor 25 ayat ke 50.

Jadi, apakah hujan bersalah? Apakah kita sebagai manusia yang bersalah? Aku tak benar-benar tahu. Barangkali kita bisa bertanya pada diri kita masing-masing.

Dan di atas itu semua, ada sesuatu yang senantiasa ku harapkan disaat hujan. Aku ingin selalu bisa merasakan pluviophile tiap kali hujan menyambangi bumi. Lalu, disela-sela hujan membasahi bumi, semoga matahari mau berbaik hati sejenak biaskan rintik gerimismu, kemudian ciptakan pelangi indah untukku.

0 Response to "Hujan Selalu Punya Cerita"

Post a Comment