Belajar Dari Kiki Ramal

Beberapa hari yang lalu, saat mengikuti salah satu agenda di balai desa; Kiki Ramal (bukan nama sungguhan), salah satu kawan baru itu memang senang sekali berbicara. Sebenarnya aku senang kalau menyimak orang lain berbicara. Selain kita bisa mendapatkan beberapa pengetahuan baru, tentu menyimak orang lain yang berbicara juga akan membuat kita tahu tentang siapa orang itu secara tersirat. Tetapi lambat laun, ada yang membuatku kurang sepaham dengan apa yang dia bicarakan.
Setelah salah satu seorang kawanku selesai berbicara tentang salah satu program Sedekah Sosial yang digagasnya, Kiki Ramal langsung saja menyambar dan langsung mengusulkan "Kenapa sedekah tidak dilakukan saat bulan ramadhan saja? Kan nanti pahalanya bisa berlipat?" Kira-kira seperti itu usulan Kiki Ramal yang sontak menyanggah gagasan cerdas dari kawanku di dalam forum terbuka itu.
Aku pikir usia Kiki Ramal lebih senior dari kawan-kawan yang berada di tempat itu, tetapi, "Wah, kayaknya ada yang kurang bener," umpatku dalam hati waktu itu. Makin lama, Kiki Ramal justru cenderung mengunggulkan program sedekah yang hanya dilakukan di bulan ramadhan saja. Aku pikir, memang ada yang salah dengan Kiki Ramal. Dan sepertinya memang benar, bahwa kedewasaan kadang enggak melulu dilihat dari seberapa banyak umur kita, tetapi diukur dari cara berpikir dan cara menyikapi sebuah keadaan.
Di dunia ini, ada manusia memang senang mendengarkan orang lain berbicara kemudian mematahkan pendapat orang lain secara tiba-tiba - mungkin agar terlihat lebih pintar. Ada manusia yang ingin diperhatikan orang lain, tanpa tau caranya memperhatikan orang lain - mungkin karena tak pernah mendapat perhatian. Ada manusia yang senang berbicara dan menyanggah semaunya, tanpa mau tahu seperti apa keajaiban-keajaiban yang akan diterima dikemudian harinya.
Alangkah lucunya jika dalam pemikiran manusia hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dari kemiskinan dan kesulitan tanpa melihat sekelilingnya. Lalu, kenapa Kiki Ramal malam itu bersikukuh untuk meringkas Sedekah Sosial hanya dilakukan di bulan ramadhan saja? Padahal, bukankah manusia adalah makhluk sosial - yang senantiasa membutuhkan bantuan orang lain sewaktu-waktu untuk hidup secara merdeka? Kalau ada yang sakit parah, dan kita sebagai orang yang lebih waras ingin bersedekah pada si sakit, apa harus menunggu dibulan ramadhan? Toh, sebaik-baik manusia adalah mereka yang ikhlas berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain - tanpa harus menunggu pahala berlipat di bulan ramadhan - kan?
Tak usah kawatir. Aku percaya, Tuhan menyediakan pahala yang melimpah setiap harinya - asal kita sungguh-sungguh berusaha lho ya. Lalu, kenapa masih menunggu melakukan sedekah menunggu bulan ramadhan tiba? Saat ini pun kita bisa melakukannya, bukan?
Ya, di hidup kita masing-masing, semoga kita tetap jadi sebaik-baik pemberi. Jangan jadi Kiki Ramal. Tak usah berpikir rumit soal sedekah. Selagi masih ada waktu, bergegaslah sedekah! Sebab, musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah.

0 Response to "Belajar Dari Kiki Ramal"

Post a Comment