Adalah wajah seorang lelaki yang
sering dikatakan ngantukan kalo di kampus, suka tidur disembarangan tempat,
jarang mandi kalo liburan, kalau kurang tidur dan ngantuk dikampus suka
melakukan hal-hal yang ga penting, kalau telat makan sering uring-uringan
sendiri, salah satu wajah yang (mungkin) sedang gugup
karena baru pertama selfie berdua sama perempuan.
Terakhir memangkas rambut adalah
hari senin tanggal 29 desember 2014 gegara sering diminta untuk memangkas
rambut oleh beberapa teman karena konon rambutnya kayak pekarangan ayam yang acak-acakan. Setelah potong rambut, ada salah satu dosen dikampusnya mungkin benar-benar sangat khilaf, karena sudah berkata “Nah, kan tambah cakep
kalo dipotong rambutnya.”
Dia enggak tinggi-tinggi amat, enggak
sampai 165cm. Baru saja menyelsaikan
seluruh rangkaian Ujian Akhir Semester di semester 7 pada hari sabtu, 17
Januari 2015. Sedang sejenak menunda keinginan untuk bertualang–mencoba
mengenali Indonesia lebih jauh lagi–karena sedang menjadi mahasiswa semester
tua yang harus bersiap Praktek Belajar Lapangan dan Magang.
Walaupun memang lelaki itu nggak
punya wajah atau tampang farmasis, lelaki beruntung itu pernah sekolah di SMK
Farmasi. Karena mungkin lelaki itu sering overdosis pelajaran, maka salah
satu cara refreshing lelaki itu adalah dengan menggambar. Lalu, dia mulai
memgawali karir menjadi semacam pelukis jalanan yang suka corat-coret ditembok
sejak kelas 2 SMK, dan mungkin yang mungkin pada waktu itu notebenya adalah semacam pelampiasan. Kalo lagi menggambar sering enggak mau diganggu gugat.
Saat kuliah semester 3, asal-asalan gambar kaligrafi. Dan beruntungnya,
beberapa bulan terakhir ini dia justru (beberapa kali) mendapat pesanan
kaligrafi dari beberapa teman dan orang-orang yang ada di dekatnya.
Suka merangkai kata-kata secara asal-asalan
lalu diposting di Facebook atau Instagram. Sering di bujuk untuk mengevolusikan
catatan-catatan agar dijadikan bentuk fisik oleh teman-temannya. Sebenarnya,
bulan september kemarin sempet mengevolusikan beberapa kumpulan catatan dan
sajak menjadi bentuk fisik yang dicetak sendiri. “Kisah Kita – Bumi, Langit,
dan Semesta”, begitu tertulis disampul depannya. Dan semoga buku itu masih
disimpan baik oleh perempuan berjilbab merah yang berada di samping lelaki itu.
Kadang-kadang suka
membaca. Kadang-kadang sih, tapi lebih banyak tidurnya. Dunia Sophie,
Falsafatuna, Rumah di Seribu Ombak(hasil pinjaman), Soe Hok Gie, adalah
beberapa buku yang sampai sekarang juga belum tamat dibacanya – padahal masih
banyak puluhan novel yang masih bersegel dari penerbit DIVA Press oleh-oleh
khas dari Kampus Fiksi yang masih menunggu untuk ditamatkan.
Di dunia nyata, beruntungnya dia
dikelilingi orang-orang baik yang bisa menerimanya entah sebagai sahabat, entah
sebagai teman, entah sebagai lawan, entah sebagai kakak, entah sebagai adik,
entah sebagai oppa, ahh, entah sebagainya. Tapi ya ada juga yang engga suka dan
enggak menerima. Ada.
Belakangan ini, lelaki itu juga sedang belajar ber-bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan enggak tau kenapa, beberapa orang ngga setuju kalo dia memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mungkin karena wajah-nya itu enggak Indonesia-able kali yaa. Jadi, beberapa temannya malah justru melarang dia menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Jika bertemu dengannya, jangan
sungkan menyapa. Dia cukup baik, tapi kalo pas moodnya baik lho ya. Kalau
moodnya ngga baik, pasti sering rewel. Beneran deh. Konon lebih banyak rewelnya
daripada baiknya *ehh. Bahkan perempuan yang ada disampingnya itu juga berulang
kali ngomong kalo lelaki itu–dalam bahasa standar nasional solo–'nganyelke'. Tapi, pada dasarnya, dia baik kok.
Sudah dulu ah. Ngantuk. Lain
waktu disambung lagi. Semoga teman-teman nggak nyesel ketemu lelaki ngantukan
itu di dunia nyata nantinya.
*
Akhir kata, jangan lupa perbanyak
berkarya daripada bicara - perbanyak bekerja daripada berangan-angan saja. Lalu, pastikan kalau dunia harus mengenalmu, itu bukan karena sensasi yang kau
buat-buat, tetapi karena prestasi yang kamu buat. Begitu konsepnya.
Jangan lupa tersenyum. Jangan
lupa berbuat baik. -- 20 Januari 2015 08.15
0 Response to "Selfie Pertama di 2015"
Post a Comment