Human


Aku bisa menahan nafas. Aku bisa menggigit lidahku. Aku bisa terus terjaga berhari-hari. Jika itu yang kau mau, aku bisa jadi yang nomor satu untukmu. Aku bisa pura-pura tersenyum. Aku bisa paksa diri tertawa. Aku bisa berdansa dan memerankan peran. Jika itu yang kau pinta, kan ku berikan seutuhnya. Aku bisa melakukan itu. Aku bisa terus bersemangat. Aku bisa menjadi mesin yang baik. Aku bisa menahan beratnya dunia jika memang itu yang kau butuhkan. Menjadi segalanya untukmu. Tetapi aku hanya manusia biasa, dan aku berdarah ketika aku terjatuh. Aku hanya manusia biasa, yang bisa hancur dan remuk. Kata-katamu dikepalaku, menjadi pisau dihatiku. Kau bangunkan aku dan kemudian aku remuk berserakan. Aku hanya manusia biasa. Aku bisa melalui itu. Aku bisa menerima banyak hal sampai aku muak. (Christina Perry – Human)

*

Apa kabarmu hari ini, Pangeran? Bagaimana kabar Tuan Putri? Apakah kehadiranku tengah membuat Tuan Putri sakit hati? Apakah kehadiranku masih saja menyamarkan kebahagiaanmu? Apakah ego masih berkecamuk dalam dirimu – hingga kau masih saja tak menganggap Tuan Putri ada dalam hidupmu?

Jangan lagi kau buang-buang waktumu hanya untuk seorang perempuan sepertiku, Pangeran. Jangan lagi memaksakan diri untuk terus berusaha bersamaku. Aku hanya seorang perempuan biasa bukan dari keturunan bangsawan. Aku tak pernah merasa pantas jika harus merusak dan menghancurkan sebuah ikatan orang. Masih ada Tuan Putri yang harus kau lindungi. Masih ada Tuan Putri yang harus kau sayangi dengan sepenuh hati, Pangeran.

Memang benar, tak ada seorang pun yang bisa menentang hati nurani, tak terkecuali aku. Aku tengah merasakannya, Pangeran. Samar-samar kau menyelinap dan menjadi seorang yang berpengaruh dalam hidupku. Semakin banyak perjumpaan, semakin kau menunjukkan padaku tawa yang lepas, senyum yang bebas dan rasa bahagia yang selaras – semakin pula kau membuat aku, perempuan biasa ini menaruh rasa pada seorang yang tak semestinya hadir dalam hidupku. Dan, memang benar, lebih sialnya lagi, aku tak bisa menolak rasa sekaligus bahagia akan kehadiranmu, Pangeran.

Aku tak bisa jika harus terus-menerus menjadi seperti ini, Pangeran. Aku bisa pura-pura tersenyum untukmu jika aku mau. Kita berdua bisa tertawa bersama, kita berdua bahkan bisa berdansa sepanjang malam bersama-sama jika kau meminta itu dariku, Pangeran. Aku bisa memerankan peran yang aku tau bisa membuat kita berdua bahagia. Aku bisa berpura-pura memberikan semuanya. Tetapi aku tak bisa terus menerus berpura-pura atas perasaan yang ada.

Aku menyayangimu, Pangeran. Dengan segenap keterbatasan, penuh keikhlasan, tanpa direncanakan, dan tanpa mengharap imbalan. Tetapi, masih ada Tuan Putri yang tengah menunggu untuk kau bahagiakan. Belajarlah membahagiakan Tuan Putri, Pangeran. Bunuhlah hubungan kita ini, Pangeran. Bila perlu, marah dan salahkan-lah aku jika hal itu bisa membantumu untuk melenyapkanku dari hidupmu. Kelak, kau akan mengerti mengapa aku juga tengah berusaha melupa, sekaligus menutup pintu yang tengah terbuka sebelumnya. Usah khawatir, Pangeran. Aku akan terus berusaha untuk tetap baik-baik saja. Aku percaya, esok masing-masing dari kita akan bermetamorfosis menjadi dua orang yang semakin lebih baik dari hari ini. Kau, Pangeran tampan dengan Tuan Putri yang baik hati. Dan aku, perempuan biasa dengan seorang lelaki sederhana – yang kelak kan membuatku merasa bahagia, seutuhnya.

Kau lebih pantas berbahagia dengan Tuan Putri, Pangeran. Ah, aku tak pernah benar-benar tau sebenarnya dimana perasaanmu itu bermukim. Aku tak ingin menyakiti Tuan Putri yang selalu berusaha menyayangimu dengan sepenuh hati, Pangeran. Aku mohon jangan pernah kecewakan Tuan Putri, Pangeran. Kau tak seharusnya memalingkan hati hanya pada perempuan sepertiku yang penuh keterbatasan-keterbatasan. Maafkan keterbatasanku karena aku hanya manusia biasa yang tak bisa terus menerus hidup dalam kepura-puraan, Pangeran.

Aku selalu berharap harap, kau bisa mengerti dan memahami alasan ketidak hadiranku lagi dalam hidupmu, Pangeran. Tak perlu risaukan aku, aku bukan siapa-siapa untukmu. Selanjutnya, hiduplah dalam kebahagiaan yang sudah kau dapatkan, Pangeran. Jangan pernah kecewakan Tuan Putri. Berjalanlah bersama Tuan Putri menyusuri bumi ini. Nikmati mentari pagi yang indah dari jendela kerajaan yang megah. Belajarlah mensyukuri hidup dan setiap hal yang sudah Tuhan berikan, Pangeran.

...Dan, berbahagialah selalu bersama Tuan Putri, Pangeran. Hingga raga menjadi tua, tubuh terbaring lemah tak berdaya, hingga jiwa kembali pada-Nya.



*Backsounds : Christina Perry – Human

0 Response to "Human"

Post a Comment