Back To December


/1/

Bagaimana kabarmu, D?

Bagaimana kabar keluargamu? Aku sudah lama tak bertemu dengan mereka. Samoga mereka baik-baik saja dan senantiasa dalam lindungan-Nya. Dan, kamu, semoga kabarmu tetap baik. Ah, tidak, semoga kabarmu semakin baik dan bertambah baik.

Aku senang bisa bertemu denganmu lagi. Aku merasa bahagia karena kali ini kau mau meluangkan waktu untuk menemuiku. Aku tak akan berlama-lama disini, aku hanya ingin bertamu dihatimu sebentar saja. Aku harap kau tak keberatan.

Kau nampak semakin dewasa. Caramu berkata-kata, caramu berpakaian, caramu bercanda, dan caramu memperlakukan sesuatu, aku menyukainya. Kau selalu sanggup memposisikan dirimu dengan semestinya. Kau bahkan kini telah melampauiku, jika berhadapan denganku kau selalu berusaha untuk tak menyakitiku dengan kehati-hatianmu.

Entah perasaan macam apa yang menuntunku untuk menemuimu kali ini, aku tak pernah benar-benar tau. Aku hanya bertindak mengikuti perasaanku – tersebab ada sesuatu yang akhir-akhir ini mengusik hati kecilku.

/2/

Akhir-akhir ini, entah kenapa segala bentuk kenangan tentangmu meluncur entah dari mana asalnya seketika menyerbu pikiranku.

Dihari bahagiamu, lebih tepatnya dihari ulang tahunmu waktu itu, aku tak sempat mengucapkan selamat, tak sempat menghubungimu dan bahkan tak ikut merayakan kebahagiaan bersamamu.

Malam itu, karena hujan tiba-tiba turun tanpa permisi, kita berdua memutuskan untuk berhenti untuk menikmati segelas susu dan roti disalah satu tempat kesukaanku. Tapi, tersebab kau memaksakan untuk meminum susu yang bahkan kau tak menyukainya, sesampainya dikost, kau justru terjatuh sakit.

Lalu, kebersamaan-kebersamaan kita yang lain : canda tawa denganmu, jelajah kota bersamamu, dan  makan malam denganmu. Aku masih mengingatnya dengan jelas. Maafkan aku, untuk setiap kesan yang terkadang mengyakitkan. Sejujurnya aku tak ingin melukaimu, D.

/3/

Aku tak tau kenapa, tetapi mungkin ini hanya perasaanku atau memang alurnya seperti ini : ketika bisa bersamamu, aku merasa seperti halnya menemukan obat penenang. Selain memberi efek utama berupa ketenangan dan kedamaian, kau juga memberi efek samping padaku : membuatku semakin menyukaimu.

Tapi disaat itu, rasa takut semakin menguasai pikiranku. Semakin aku menyukaimu, dan kau mengetahui perasaanku, kau justru semakin memunculkan perasaan yang sama denganku. Waktu itu kau mengatakan padaku, kau merasa nyaman dan tenang bersamaku. Begitu pun sebaliknya.

Ketika ketakutan itu benar-benar menguasai secara klimaks pikiran dan perasaanku, aku justru membalas perasaanmu dengan kepicikanku ; aku justru meninggalkan, pun mencoba melenyapkanmu dari hidupku. Kau memberiku kesempatan, tetapi justru aku buang dan tak ku pergunakan. Ah, betapa bodohnya aku! Sejujurnya, aku sangat menyukaimu, D.

/4/

Kini, entah kenapa aku merasa rindu padamu. Aku rindu segala tentangmu. Aku rindu kulit sawo matangmu. Aku rindu senyum manismu. Aku rindu semua yang ada pada dirimu – caramu menyapaku, caramu tersenyum padaku, caramu perhatian padaku. Semua nampak indah, dan amat sangat indah.

Kau boleh mengatakan ini mimpi yang sudah basi, atau mungkin semacam kebodohan yang tak mungkin akan terjadi : kelak, jika aku diijinkan untuk menyayangi dan mencintaimu lagi, aku akan melakukannya dengan semestinya.

Aku ingin seperti Carl yang mencintai Ellie – memberi segala yang terbaik untukmu, dan selalu setia menjagamu hingga ujung waktu. Aku ingin seperti Wall-E yang mencintai Eva – menyayangimu sampai sehancur hancurnya, dan melindungimu sampai ragaku tak berdaya.

Ah, aku ingin kembali kemasa lalu. Merapikan segala yang terserak dan tercecer, kemudian menyusun puzzle kebersamaan kita dengan benar – menempatkanmu ditempat yang seharusnya, lalu mencipta dan merayakan kebahagiaan tanpa adanya penyesalan-penyesalan. Ah, sejujurnya aku menyayangimu, D.

/5/

Ternyata kebebasan dan kebahagiaanku selama ini tak sepenuhnya nyata, tersebab kini aku masih saja terpaku dan terbelenggu olehmu.

Apa kau ingat saat-saat kita bersama – saat dimana kau berada disebelahku, bersamaku, kita duduk berdua menikmati lampu lampu kota disalah satu tempat kesukaanmu? Mungkin kau sudah tak mengingatnya. Ah, itu wajar. Kini kau telah menemukan seorang yang bisa senantiasa membuatmu berbahagia, kan?

Maafkan aku. Aku hanya ingin sejenak kembali mengenangmu. Sejenak menoleh kebelakang. Menengok ingatan-ingatan yang beberapa hari ini bermekaran.

Kelak, jika suatu saat kita dipertemukan dan diberi kesempatan (lagi) untuk menikmati dan menjalani hari-hari bersamamu, aku tak akan membiarkan kesempatan itu lenyap, hilang dan bahkan terabaikan. Sejujurnya, aku sangat mencintaimu, D.

/6/

So this is me swallowing my pride 
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
And I go back to December all the time 

It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing I'd realized what I had when you were mine
I go back to December, turn around and make it alright
I go back to December all the time

..D, Terimakasih untuk sejenak waktu yang telah kau berikan padaku. Terimakasih untuk cerita dan segala momen tentangmu. Layaknya daur waktu, disatu titik tertentu, aku ingin selalu bisa mengenang dan sejenak memelukmu. 


*Backsound : Taylor Swift – Back To December

0 Response to "Back To December"

Post a Comment