Tentang Kita


24 Desember 2012 –

Saat itu, kau berkata padaku dan berharap tak ingin melihat dan bertemu denganku lagi.

“Maafkan aku. Maaf untuk cerita tentang kita yang tak bisa berujung bahagia.” Katamu. Lirih. Aku masih benar benar mengingatnya.

Seketika itu angin malam menghentikan hembusannya perlahan. Suara lalu lalang mobil mulai tak terdengarkan. Hening mencipta kecemasan. Air mata kecilmu perlahan berjatuhan. Percakapan kita sejenak terhenti. Aku beberapa kali mengalihkan pandanganku darimu. Kemudian kau berusaha memelukku – menguatkan perasaan yang pecah selepas kau jatuhkan dari genggamanmu.

Aku menarik nafas panjang untuk sejenak menenangkan pikiran. Menghirup udara puncak musim kemarau yang cukup mendinginkan. Ada perasaan tenang, tapi ternyata aku tak bisa mengalahkan ketakutanku sendiri : aku lumpuh tak bisa berkata kata dihadapanmu.

Ahh, tidak apa apa. Aku sungguh ingin mengatakan itu padamu. Tetapi disaat seperti ini, tak ada satupun kata yang bisa aku ucapkan untuk membalas perkataanmu itu. Jiwaku kosong. Tubuhku lunglai. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum sakit untukmu. Sungguh, ini terasa amat berat : aku terpatung membeku oleh keputusanmu kali ini. Ini lebih dari sekedar perpisahan dan ucapan selamat tinggal.

Beberapa detik setelah itu, kau perlahan melepas pelukan itu. Waktu seolah melambatkan laju dan kau pelan pelan pergi menjauhiku.

Aku hanya bisa menatap punggungmu yang semakin lama, semakin jauh dari pandanganku.

Jauh.

Jauh.

Dan menjauh.

Kakiku melangkah lunglai menapaki jalanan yang sepi. Suara Adam Levine vocalis Maroon5 mengalun indah menemaniku pulang malam itu. Berbisik lewat earphone yang kau berikan padaku beberapa bulan lalu : It’s just a feeling / It’s just a feeling / It’s just a feeling that i have / I can’t believe that it’s over.

*

17 September 2013 –

Maafkan aku. Aku menyayangimu seperti ini, dalam diam, dari kejauhan, berbekal doa, dan dengan hati yang cukup keras kepala. Tak usah kawatir, aku tetap akan menjadi orang yang sama, yang akan selalu menunggumu untuk duduk disampingku – sampai kau tak terlalu sibuk dengan urusan-urusanmu. Kemudian aku ingin mengajakmu menonton film lagi, menikmati es krim cokelat di tempat kesukaanmu, kemudian saling berbagi cerita dan tertawa bersama.

Sejujurnya, entah dengan cara yang bagaimana dan seperti apa, aku ingin, Bumi beserta seluruh isinya berkonspirasi untuk mempertemukanmu denganku dan mengembalikanmu padaku – seperti dulu.

Terkadang, aku rindu duduk bersebelahan denganmu. Aku rindu suara tawa yang mendamaikanku. Aku rindu menatap bola mata yang meneduhkanku. Aku rindu tersesat pada senyum manismu. Ah, Semoga suatu saat kau memang diperkenankan untukku!

Tapi, jika Tuhan tak mengijinkan, mungkin itu lebih baik : Dia telah dan sudah mempersiapkan sesuatu yang lain, yang lebih indah dan megah. Kalau memang demikian, maka tersenyum dan berbahagialah. Tuhan tak mengijinkan kita bersama bukan berarti Dia membenci kita. Tuhan ingin membahagiakan kita dengan cara menempatkan orang orang yang semestinya dan benar benar pantas untuk kita sesuai kehendaknya. Itu saja.

...Teruntuk Perempuan dikejauhan : Terimakasih untuk perjalanan singkatnya. Terimakasih untuk pembelajaran berharganya. Terimakasih untuk setiap canda dan tawa. Dan terimakasih untuk episode episode sederhana kita. Kau dan aku punya cerita. Kalaupun suatu saat berujung tidak seperti apa yang aku minta, sampai disini saja pun, aku sudah cukup bahagia – bisa mengenalmu, berteman denganmu dan bahkan sempat menaruh hati padamu. You may not believe me, but I gave you all I had. I love you so much, and I’m sorry for everything...


Backsounds : Maroon5 – Just A Feeling

0 Response to "Tentang Kita"

Post a Comment