Ranu Kumbolo : Malam Bermilyar Bintang

"Sin, Buruan tidur, jangan lama lama diluar. Nanti bisa bisa mbeku lhoo.” Kata salah satu rekanku dari tenda.

"Iya bung, sebentar. Mau menikmati bintang bintang." Jawabku.

Malam itu, setelah makan malam bersama, 5 orang temanku langsung menuju tenda untuk beristirahat. Aku dan salah satu temanku menyempatkan diri untuk menikmati malam di Ranu Kumbolo untuk pertama kalinya. Duduk duduk di dekat danau dan sesekali aku sibuk dengan kamera dan tripod. Dingin. Dan benar benar sangat dingin.

"Mas, bintangnya benar benar banyak sekali. " Kata Rabi. Salah satu teman dari Samarinda.

"Iya, mas." Jawabku sambil tersenyum. Menatap keatas. Kearah langit luas.

"Memandang langit, kemanapun arahnya, selalu yang tampak adalah bintang, bintang, dan bintang ya, Mass." Katanya. Bersemangat.  Terlihat dia memandang langit luas dengan perasaan bahagia yang hebat.

"Iya, Mas. Subhanallah, lukisan Allah memang tak ada tandingannya, Mas. Bintang bintang bertaburan tak karuan. Lihat atas, tengok kanan, kiri, depan, belakang, semua serba bintang, bintang, dan bintang." Kataku. Seketika memandang kearah langit yang terasa sangat dekat dari mata.

Sejujurnya, aku adalah salah satu korban dari kemegahan Ranu Kumbolo. Sungguh benar benar mengagumkan saat kita bisa melihat jutaan bahkan milyaran bintang bintang bertebaran diatas kepala kita. It’s a Universe. Beautifully!

“Mas, apa engga kedinginan?” Tanya Rabi. “Dipakai dulu itu kaus kakinya, Mas.” Pintanya. Sambil menunjukkan kaus kaki hitam yang didekat sepatuku.

Aku mengangguk. “Dingin, Mas. Dan benar benar sangat dingin. Nginjek rumput kayak nginjek es.” Jawabku mengigil. Lalu aku memakai kaus kaki yang berada disamping kananku.

Rabi tertawa. Kemudian aku ikut tertawa. Angin menemani tawa kita, menerbangkan suara suara pecinta dan penikmat malam di Ranu Kumbolo.

Beberapa tenda sudah terkancing dari dalam, tanda para pendaki sudah beristirahat didalam tenda. Beberapa orang masih ada yang menikmati malam dan bintang di Ranu Kumbolo ditemani api unggun yang masih terlihat kuat berkobar.

Aku masih duduk duduk di tepi danau sambil menikmati langit yang disajikan oleh Tuhan tampak begitu indah dan megah. Setelah mendapatkan beberapa foto langit malam di Ranu Kumbolo dan tubuh tak kuat menahan dingin yang semakin lama semakin merasuk tulang, lalu aku menengok jam yang ada ditangan kiriku. Sudah hampir jam 11 malam.

Tanganku serasa sangat kaku. Tak banyak bisa gerak. Kemudian aku mengambil kaus tangan dari sakuku. Alhamdulillah tangan udah lumayan agak hangat.

“Keindahan disini bener benar tak bisa dilukiskan dengan kata kata, Mas!” Kata Rabi. Keras.

“Iya, Mas. Benar benar mengagumkan.” Jawabku. Dan hanya bisa mengangguk setuju. Sambil berbicara dalam hati : Tuhan, terimakasih, Kau telah mengijinkanku menikmati semesta yang nampak begitu mengagumkan dan menakjubkan ini. Terimakasih telah menyatuku dengan alam yang sangat menawan ini.

Tak bisa dipungkiri, banyak yang mengatakan Ranu Kumbolo memang selalu memiliki daya tarik tersendiri. Aku sependapat. Salah satu daya tarik dimalam hari adalah aku bisa menyaksikan keindahan dan kemegahan semesta malam yang tak bisa aku temui kalau aku hanya berada dikota. Ya, barangkali memang benar, Ranu Kumbolo adalah salah satu teman perjalanan yang teramat sangat indah, mewah dan megah dipegunungan.

Tentang sebuah mimpi. Kau tau kan, semua orang pasti punya mimpi dan cita cita masing masing, tetapi mungkin hanya sedikit dari mereka yang berani berjuang untuk meraih mimpi dan cita cita itu. Aku harap kau termasuk dari sedikit orang yang berani memperjuangkan mimpi dan cita cita itu.

Aku memandang bermilyar bintang yang aku abadikan dikamera Canon kecil yang aku bawa : Tuhan, terimakasih dan maaf. Terimakasih, Kau ijinkan aku menikmati bintang bintang yang kau lukisankan indah untukku ditempat ini. Dan maaf, aku mencuri beberapa lukisan yang cantik itu, lalu aku masukkan dalam kamera kecilku.


0 Response to "Ranu Kumbolo : Malam Bermilyar Bintang"

Post a Comment