My Love


Jalanan di luar terasa sangat sepi. Kamar kost serasa kosong tak berpenghuni. Ruangan semakin menyempit dan tak lagi berarti. Sendiri. Ya, kini aku disini sendiri. 

An empty house
A hole inside my heart
I'm all alone
The rooms are getting smaller (smaller)

Aku melihat jam dinding yang berada diatas pintu kamar kost. Tak terasa. Sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit rupanya. Dan, setiap kali melihat jam dinding itu, aku selalu teringat sesuatu.

Entahlah, setiap menatap jam dinding itu, aku selalu merasa kau selalu ada disebelahku. Tanganmu selalu berusaha menguatkanku dan senyummu selalu mendamaikan. Sejujurnya, disampingmu-lah tempat yang paling aku inginkan saat ini.

Kamu, apa kabar sekarang ? Maaf kalau kali ini tanpa permisi aku merindukanmu. Toh, kau juga tanpa permisi mengambil dan merebut hatiku, kan ?

I wonder how
I wonder why
I wonder where they are
The days we had
The songs we sang together (Oh yeah)

And, oh, my love
I'm holding on forever
Reaching for a love that seems so far

Dan disini, aku akan selalu berjuang. Merekuhkan cinta, yang tampak begitu jauh, supaya bisa terasa lebih dekat dan lekat. Saling melengkapkan, menggenapkan, dan menyempurnakan. Aku percaya : Love is energy, Love is mystery, Love is meant to be true...

*

17 Juli –

Malam itu, selepas Isya’. Setelah kau menelfonku dan memastikan aku ada dirumah, tak selang beberapa lama kemudian, kau sudah tiba dirumahku.

“Oiya, ini buat kamu.” Katamu. Malam itu. Sambil menyodorkan kotak merah raksasa berukuran kurang lebih 50cm x 50cm padaku.

“Ini kotak besar banget. Isinya apa coba ? Tank ?” Candaku.

“Iya itu isinya Tank. Buat ngebombardir hati kamu, Kaa.” Godamu.

“Gombal...” Bantahku.

Kau langsung memasamkan muka. “Udah cepetan dibuka!” Katamu. Agak meninggi.

“Sabar.” jawabku singkat. Aku tersenyum.

Ah, tak bisa aku pungkiri. Kau selalu cakap dan pandai dalam mengeluarkan dan merangkai kata kata untuk merayu dan menyesatkanku. Sejujurnya, kau tak perlu memakai Tank untuk membombardir hatiku. Asal kau tau, setiap haripun kau selalu berhasil membombardirku :caramu tersenyum, caramu tertawa, caramu perhatian, dan kebiasaan kebiasaan kecilmu – selalu berhasil membuatku jatuh hati padamu.

Pelan pelan aku membuka kotak kado berwarna merah yang diikat dengan pita berwarna putih itu. Aku melepaskan pita berwarna putih yang mengikat kotak itu. Kemudian membuka penutupnya : Ada kotak berwarna jingga diikat dengan pita warna putih didalamnya.

Setelah aku mengangkat kotak berwarna jingga dari kotak berwarna merah itu. kemudian aku melepas ikatan pita putih pada kotak berwarna jingga itu pelan pelan. Lalu membuka penutup kotak itu : ada kotak berwarna kuning didalamnya dengan simpul warna putih yang sama.

Aneh. kataku dalam hati. Aku merubah pandanganku kearahmu. Kau tersenyum kecil.

Aku berusaha mengangkat kotak berwarna kuning itu dari dalam kotak berwarna jingga. Kemudian aku mencoba membuka kotak berwarna kuning itu, pelan pelan melepaskan pita putih yang mengikat pada kotak kuning itu. Membuka penutup kotak kuning itu : aku melihat ada kota berwarna hijau didalamnya.

Tap. Benar benar aneh sekali. “Ini mau sampai kapan ?” Tanyaku. “Kalo dibuka selalu ada kotak didalamnya. Kotak merah, kotak jingga, kotak kuning, lalu ini ada kotak berwarna hijau.” Tambahku. Sambil mengangkat kotak hijau itu menggunakan tangan kananku.

“Hmmm...entahlah...” Jawabmu. “Mungkin sampai kau menemukan ada sesuatu yang lain didalam kotak itu. Bukankah semakin sulit perjuangan, semakin manis pula hasil yang akan kita dapat, kan?”

Deg. Ada benarnya juga perkataan itu. Aku mengangguk setuju.

Kemudian aku  buka kotak berwarna hijau itu. Pita yang mengikat kotak itu aku lepaskan. Aku buka penutup kotak itu : ada kotak berwarna biru didalamnya dan masih lengkap dengan pita warna putihnya.

Sejenak aku mencuri curi pandang kearahmu. Kau seketika menatapku. Lalu aku mengembalikan pandangan dan konsentrasiku pada kotak itu.

Aku mengangkat kotak berwarna biru dari dalam kotak berwarna hijau. Lalu membuka kotak berwarna biru itu pelan pelan. Setelah membuka, kemudian meletakkan tutup kotak biru itu, mataku sontak menuju kearah isi box itu : aku melihat kotak berwarna nila didalam kotak warna biru.

“heyyy? Kenapa isinya kotak terusss.” Keluhku.

“Bentar lagi juga tau isinya apa.” Katamu. Kini kau melengkungkan senyum polos untukku.

Aku bertanya tanya dalam hati : Didalam kotak merah terdapat kotak berwarna jingga. Didalam kotak jingga, terdapat kotak berwarna kuning. Didalam kotak kuning ada kotak berwarna hijau. Didalam kotak hijau, ada kotak berwarna biru. Dan terakhir, didalam kotak biru, ada kotak berwarna nila. Apa ini sebenarnya ?

Aku terdiam beberapa saat.

“Cepetan dibukaaa, Kaa.” Pintamu. Kau mencubit pipi kiriku.

“Awww, sakit...” Kataku. Aku mengelus pipi kiriku. Memastikan tidak terjadi luka. Dan kalaupun luka, kau harus bertanggung jawab atas luka itu. Aku memasamkan muka.

“Tanggung jawab kalau nanti pipikuku kenapa kenapa.” Kataku. Sambil menunjuk kearahmu. Kemudian aku melanjutkan membuka kotak berwarna nila itu. Melepaskan pita warna putih yang mengikat kotak berwarna nila itu.

“Maaf maaf, habisnya kamu sih engga mau cepet buka kotak itu sihh.” katamu. “Iya, aku tanggung jawab kok. Nanti kalo sakit langsung kita kedokter.” Katamu. Polos. Sambil membetulkan kacamata yang kau pakai.

“Nggak usah ke dokter. Kan disini ada dokter. Cantik. Baik hati. Murah senyum pula.” Candaku. Aku mengangkat salah satu alis kiriku. Kemudian menatapmu. Dan kau membalas tatapanku.

Aku melihatmu tersenyum. Lucu.

Senyummu. Senyum itu, ya, tak berubah sama sekali. Masih sama seperti pertama kali aku melihat senyummu, bahkan kini, caramu melengkungkan senyum semakin membuatku jatuh hati padamu. Ah, sial. Bagiku, kau tak pernah gagal menghipnotisku dengan senyum yang selalu sanggup mendamaikan dan menenangkan perasaanku.

“Nih, lanjutkan buka kotaknya, Kaa.” Pintamu. Sabil menyodorkan kotak berwarna nila pada pangkuanku. Kemudian aku mencoba melepas pita putih dari kotak berwarna nila itu. Aku membuka penutup kotak itu : aku melihat kotak berwarna ungu didalamnya.

Kemudian aku mengangkat kotak ungu itu. Ada sesuatu yang kau tuliskan pada punggung kotak berwarna ungu yang masih terikat dengan pita berwarna putih itu. Aku menyayangimu. Bukan karena kesempurnaanmu, tetapi karena ketidak sempurnaanmu  yang selalu berhasil menyempurnakanku. Begitu kira kau menulisnya.

“Ini kata katanya bener bener dalam deh.” Godaku. Aku tertawa kecil.

“Ah, berlebihan.” Katamu polos. Masam.

Aku melanjutkan melepas pita kotak berwarna ungu itu. Membuka tutupnya pelan pelan : Didalamnya ada sesuatu yang dibungkus dengan kertas kado berwarna merah dengan kombinasi abu abu – warna kesukaanku.

Lalu, aku membuka bungkusan itu. Ada sebuah jam dinding berukuran kurang lebih 20cm x 20cm dibalik bungkusan itu. Sangat istimewa. Jam dinding dengan foto kita berdua didalamnya. Ya, untukku, ini benar benar kado ter-istimewa.

Aku perlahan mengalihkan pendanganku. Aku berusaha melengkungkan senyum kearahmu.

“Terimakasih, sayang. Aku menyayangimu. Bukan karena kesempurnaanmu, tetapi karena ketidak sempurnaanmu yang selalu berhasil menyempurnakan aku.” Bisikku. Pelan. Tepat disebelah kiri daun telingamu. Kemudian aku kecup pipi kirimu yang lembut itu. Pelan.

Kau berusaha memelukku. Dekat. Waktu seolah berjalan melambat, dan semakin lama waktu seolah terasa terhenti.

“Selamat ulang tahun yang ke-19, sayang. Berdoalah apa saja yang terbaik. Aku akan membantu mengantarkan doa itu dengan selalu meng-amin-kan apapun pinta terbaikmu.” Bisikmu. Pelan.

Kau tau, sejujurnya, dipelukanmu, aku selalu ingin waktu bisa terhenti.

“Tiga hari lagi kau harus sudah sudah berada di Bandung melanjutkan kuliahmu. Dan mungkin kita tak akan bertemu sampai libur semester tahun depan.” Keluhmu.

Tanganmu memelukku semakin erat. Erat sekali.

“Kaa, kau tau kenapa kotaknya berwarna warni seperti pelangi?” Tanyamu.

Aku menggeleng. “Enggak.” Jawabku. Pelan.

“Aku ingin kita juga bisa seperti pelangi. Meskipun hanya kadang kadang datang, tetapi selalu memberikan keindaahan yang menakjubkan dan tak kan bisa tergantikan.” Jawabmu.

Aku berusaha menghirup nafas yang dalam. “Kita, biarlah seperti ini : meskipun tak banyak berjumpa, tetapi pertemuan pertemuan kita selalu banyak sarat makna dan juga selalu istimewa. “ Lanjutku.

Kau mengangguk. Aku mengeratkan dekapanku. Ya, dipelukanmu, sejujurnya, aku ingin waktu bisa selalu terhenti.

*

Kini, moment moment itu mungkin sudah berlalu. Dalam jam dinding itu, kau kenakan kaus berwarna hijau – warna kesukaanmu. Celana jins berwarna putih tulang menjadi pilihan celana jinsmu. Kaca mata ber-frame kotak persegi panjang berwarna hitam khas remaja telah berhasil menyempurnakan penampilanmu. Dan, senyummu. Entah kenapa kau tak pernah gagal dalam melengkungkan senyum – senyummu selalu membuatku jatuh hati padamu.

Ah, kau selalu pantas untuk aku rindukan.

I try to read
I go to work
I'm laughing with my friends
But I can't stop to keep myself from thinking (Oh no)

Kini, setiap kali aku merindukan sosok sepertimu, aku selalu punya cara tersendiri untuk menyembuhkan rindu itu. Fotomu, ya fotomu adalah pelepas dahaga rindu. Melihat jam dinding yang didalamnya terdapat fotomu dan fotoku – senyummu dan senyumku, aku rasa cukup menjadi pengobat rindu : matamu mendamaikan pandanganku, genggamanmu menguatkan langkahku, senyummu mempercepat laju jantungku, dan kau selalu berhasil singgah diotakku – merengkuhkan jiwamu yang tampak jauh dari hadapanku dan menyembuhkan jutaan rinduku padamu.

Sayang, duduklah di sebelahku. Tak perlu ragamu disini, cukup hatimu saja saat ini. Tak masalah kalau raga kita berjauhan, yang penting hati kita selalu bersebelahan. Aku tak bisa berjanji akan selalu bersamamu selamanya. Aku takut ingkar. Tetapi, aku akan selalu berusaha berjuang bersamamu sekuat tenaga, walaupun terkadang jarak selalu menjauhkan, pun melemahkan.

So I say a little prayer
And hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again, My love

Overseas from coast to coast
To find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again, My love

...Tuhan, Terimakasih untuk cinta yang terkadang dan jarang jarang - yang selalu melukiskan kesan, selalu penuh kejutan, terus akan terkenang dan tak mudah terlupakan...


* Backsounds : Westlife - My Love

0 Response to "My Love"

Post a Comment