Bersama


Akan aku tunjukkan padamu. Sesuatu yang terkadang kita lupakan – yang kita abaikan. Sesuatu yang sangat kecil bagiku , yang selalu menguatkan kita , yang tak dapat aku beli bahkan dengan tumpukan uang – berpuluh puluh juta atau bahkan ratusan juta rupiah : sebuah kebersamaan. Kita berdua akan berpesta. Dalam bahasa inggris mungkin kita mengenalnya dengan party. Ya , mungkin memang lebih pas dan terlihat lebih muda , untuk kita. Pikirku.

Aku ingin merayakan sebuah kebersamaan – tentunya denganmu. Disanalah kau mulai mengenalku , disanalah aku mulai memahamimu , disanalah kita berdua mulai menjadi dua orang yang saling menyesuaikan , disanalah kita seolah  menjadi dua sejoli yang unik : dalam sebuah kebersamaan.

*

Seperti biasa. Sebelum kita berdua pergi , kita selalu berusaha menyempatkan diri untuk berpamitan dengan ayah dan ibumu. Mereka adalah ayah paling baik dan ibu paling penyayang dalam hidupmu. Katamu beberapa waktu lalu. Aku membalasnya dengan senyum , dan kau pun ikut tersenyum.

“Malam ini kok cantik banget ?” Sindirku. Sedikit tawa.

Kau sedikit memasamkan muka. Aku menyimpulkan senyum dari spion. Terlihat kau menggerutkan dagu.

“Maaf maaf , bercanda , Poo.” Kataku. “Selalu cantik kok , tapi kalau lagi sama aku.” Candaku.

“Wooohhoo , jadi kalau engga sama kamu , aku engga cantik ?” Timpalmu.

“Engga gituu.” Imbuhku. “Cuma bercanda kok.” Ada tawa kecil mengalir dalam percakapan kita.

Tiba tiba kita berdua entah bagaimana bisa melesatkan tawa.

“Kita mau pergi kemana , Win ?” tanyamu.“Ke-Bar ? Dugem lagi ?” Imbuhmu.

Aku terdiam. Kita ini udah kelebihan. Setiap malam – setiap kebersamaan , hanya kita habiskan untuk menjelajahi Bar , Diskotik dan tempat tempat yang terlalu gelap untuk kita ceritakan. Semakin kita merayakan keberasamaan kita , semakin banyak pula dosa dosa kita. Apakah itu yang banyak orang namakan sebagai kebersamaan : kebahagiaan ? Pikirku dalam hati.

“Enggak , kita ngga ke-Bar , Poo.” Jawabku.

Poopoo. Ya , panggilan itu , entah kenapa cocok denganmu. Pikirku.

Kau menggerutkan dahi. “Trus , kita mau kemana ?” Tanyamu (lagi).

Green Park , ditengah tengah kota. Katanya pembangunannya udah selesai , Poo.” Jawabku , tersenyum.

“Oh.” Jawabmu singkat.

Seperti biasa , tidak hanya disepanjang perjalanan , bahkan saat kita meluangkan waktu untuk bersama , selalu ada hal hal unik yang kita bicarakan : kampus , perkuliahan , orang orang disekitar kita , rumah , ayah , ibu dan juga kesibukan kesibukan kita. Kita selalu berusaha menyempatkan waktu untuk berbagi cerita. Aku menyukainya.

“Kita udah hampir sampai , Poo.” Kataku.

Kau mengangguk perlahan.

“Malam ini kita disini aja , ya ?” Tanyaku. Mengulurkan tangan seperti halnya seorang kekasih yang lain : berusaha melengkapi , mengisi sela jari jarimu.

Kau tersenyum. Aku ikut tersenyum. Kita berdua tersenyum. Kau memegang erat tanganku.

Aku merasakan kebahagiaan yang jauh berbeda dari yang kita alami selama ini : sebuah kebahagiaan yang lebih membahagiakan – juga membebaskan.

“Lihatlah disekeliling kita , Poo.” Kataku.

Anak anak kecil bermain ayunan dengan ceria bersama ayah dan ibu mereka , merayakan kebersamaan dengan gemilau cinta mereka : sebuah kebersamaan yang menghangatkan. Beberapa skateboarder memainkan keahlian mereka : kebersamaan , canda dan tawa yang menguatkan.Seorang kakek dan nenek yang juga tak mau kalah dengan anak anak muda sekarang , mereka menikmati kebersamaan dimasa tua : merayakan kebersamaan dengan kesederhanaan. Ada yang hanya duduk duduk disekitar air mancur , menghisap rokok , menikmati langit malam yang membentang bersama teman teman mereka. Banyak anak muda yang juga sedang menikmati indahnya malam bersama orang orang yang mereka cintai – seperti kita.

*

“Win ?” Tanyamu pendek.

Aku menoleh kearahmu , pelan. “Iya , poo ?” Jawabku.

Kau tiba tiba menggelengkan kepala. “Engga.” Katamu. Kau menyandarkan kepalamu dipundakku. “Apa kita udah terlalu berdosa banget , ya ? Tanyamu lagi.

Aku terdiam. Aku tak tau aku harus menjawab apa. Mungkin kau memang benar. Pikirku dalam hati.

Maafin aku ya , udah membuat kebersamaan kita tidak seperti kebersamaan mereka. Kebersamaan kita seharusnya nggak sampai seperti itu. Kebersamaan kita engga bener , terlalu jauh dari kewajaran.”

“Ssstt..” Aku berusaha menempelkan telunjukku pada bibirmu. Menatap matamu yang tiba tiba meredupkan kebahagiaanmu sendiri. “Hey hey hey , jangan ngomong gitu.” Kataku. “Ini mungkinsalahku , poo.” Imbuhku.

Kau menggeleng. “Engga. Ini salahku , Win.” Katamu.

“Engga , ini salahku.” Kataku.

Kau tiba tiba terdiam.

Aku menatap wajahmu. Kau membalas menatapku.

Aku tersenyum. Kau ikut tersenyum.

“Aku merasakan kebersamaan kita yang sesungguhnya disini , ditempat orang orang merayakan kebahagiaan yang sebenarnya : kebahagiaan yang benar benar membuatku merasa bahagia : yang tak keluar dari batas kewajaran kita.” Aku harap kau juga merasakannya.

“Maafin aku , Win.” Katamu , sedikit pilu.

Mungkin belakangan ini kita memang telah menjadi dua orang yang penuh dosa , penuh dengan hal hal diluar batas kewajaran kita sebagai seorang kekasih.

Mungkin ada yang salah dengan hubungan kita , pikirku. Ah , entahlah , aku juga tak begitu mengerti.

Aku mengelus rambutmu pelan. “Sudahlah , yang terpenting bukan itu.” kataku.

“Apa arti kebersamaan kita , kalau hanya terbalut dengan dosa dosa yang hanya akan membuat kita semakin jauh dari-Nya ?”

Kau menatapku. Tercengang.

Tiba tiba kau terdiam. Aku tak tau , darimana aku mendapatkan kata kata itu , entah siapa yang merasuki pikiranku hingga aku berani mengucapkan kata kata itu.

“Aku minta maaf.” Katamu , pelan. Tiba tiba air matamu menetes. Kau menangis. Aku mengusap air mata yang melewati pipimu. “Maaf yaa Poo , jadi membuatmu menangis.” Kataku sambil mengusap air mata itu. Lembut.

“Ini bukan salahmu. Aku yang salah.” Kataku. “Kita hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna : yang terkadang juga ingin menikmati kesenangan dan menginginkan yang lebih dari batas kewajaran.” Imbuhku.

Tiba tiba kau memelukku - erat.

Ada perasaan hangat dan tenang. Aku berusaha membalas pelukan itu. “Jangan menangis lagi ya , poo.” Kataku.

“Aku harap , kau bisa merasa lebih tenang.” Imbuhku. Konon , dengan memeluk seseorang yang kita sayang , dapat membawa hati dan perasaan kita tenang. Aku harap kau juga begitu.

Kita berdua terlarut dalam suasana yang hangat. Kau semakin mengeratkan dekapanmu. Dekat dan erat.

*

“Win ?” Bisik Poopoo.

Senyummu , tatapan itu. Masih sama seperti dulu. “Iya ?” Tanyaku , pendek.

Kau terdiam. Entah apa yang kau pikirkan. Aku mencoba mencari celah agar kau melanjutkan percakapan kita. Aku berusaha menatapmu , perlahan melepaskan dekapanmu.

Melengkungkan senyum manis untukmu.

Kau membalas tatapanku.

Kau tersenyum , ragu.

Lalu , kau mendekatkan bibirmu kearah telingaku. “Hanya ingin memastikan : kita sedang bersama dan baik baik saja.” Katamu , sambil tersenyum.

Aku tercengang. Entah perasaan bahagia macam apa yang menyelimutiku malam ini, aku merasakan kebahagiaan yang tak ternilai : kebahagiaan yang menghangatkan , kebahagiaan yang menenangkan , kebahagiaan yang membahagiakan.

Aku sesegera memelukmu.

Mendekapmu - erat.

“Kita sedang bersama dan baik baik saja , Sayang.” Kataku , lembut.

0 Response to "Bersama"

Post a Comment