Percakapan




Malam ini angin berhembus dengan tenang – perlahan menyapa kami berdua dengan kelembutan. Duduk beralaskan tikar rerumputan , ber-atap langit luas , memandang dan mengakrabi semesta malam. Ditemani angkringan , tempat kita biasa makan malam.

“Jangan menyalahkan orang yang memutuskanmu, apalagi sampai memaki di ruang publik. Kalau dia sudah nggak sayang , masa harus dipaksa ?”  Kataku terbesut tawa kecil.

Kau menatapku. “Kau mengejek ?” Jawabmu singkat. Seolah kau meng-emotice-ku dengan titik duadan huruf e kecil.

Aku menyengir. “enggak enggak enggak , bercanda.” kataku.

“Kalau dia emang salah , gimana Faa ?”  Tanyamu padaku. Kau kembali memakan makanan kesukaanmu , tahu bakso.

Aku membetulkan posisi dudukku. “(Pe)maaf(an) mungkin bisa melapangkan masa depan.”  Jawabku.

“Ahh , tidak semudah itu. butuh waktu pastinya.” Jawabmu.

“Pasti.”  Sambungku pendek. Kau tau , Gelas aja jika kau jatuhkan pasti akan jatuh dan pecah bukan ? Mungkin memang gelas itu nantinya bisa dikembalikan ; dilem mungkin , tapi tidak akan bisa kembali seperti semula. Benar kan ?
Aku melanjutkan meminum kopi , minuman kesukaanku.

“Yup bener Faa , Pasti masi ada celahnya walaupun kecil.” Sambungmu. Aku mungkin bisa memaafkan , tapi mungkin akan tetap membekas.

Kau seolah lebih mengetahui dan memahami dari apa yang ingin aku sampaikan.

“Maafkanlah, berjalanlah lebih ringan tanpa beban - beban.”  Imbuhku , tersenyum.

Kau mengangguk perlahan.Melapangkan senyum , melepas perlahan gumpalan nafas yang menyesakkan.

Kau tersenyum , Aku tersenyum – melepas senyum bersama keheningan malam : Aku , Kamu , Kita.

Thanks to : Allamanda Ayuningtyas

0 Response to "Percakapan"

Post a Comment