Surat Untuk Beta



Aku merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adikku yang kedua bernama Beta. Lalu, adik bungsuku bernama Gamma. Kami tinggal tak jauh dari salah satu kota di pantai pesisir utara. Beberapa orang menyebutnya sebagai 'Bumi Para Wali'. 

Pantai Boom. Kami sering menghabiskan sore di tempat itu. Salah satu tempat favorit sekaligus pantai yang kami sukai. Salah satu tempat yang bisa digunakan untuk menikmati dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Pun juga bisa digunakan untuk menikmati senja bersama kekasih tercinta. Tapi entah kenapa, hal itu tak pernah sekalipun berlaku untuk kami. 

Waktu berlari cepat sekali. Matahari berwarna jingga tenggelam cepat. Beta, si gadis cantik yang hobi bermain piano itu kini pergi entah kemana. Kami tak pernah benar-benar tahu. Dua tahun yang lalu gadis itu memutuskan pergi dari rumah, meninggalkan kami semua - sebagai keluarga. Kami tak pernah benar-benar tahu alasan kenapa ia pergi meninggalkan kami semua.

Tetapi, diatas itu semua, doa kami untuknya tak pernah sekalipun berubah. Sejak pertama kali ia berpamitan meninggalkan kami semua. Kami selalu mendoakan apapun yang terbaik untuknya. Apapun yang sedang dilakukannya. Apapun yang sedang dilaluinya.

Sore itu, di senja tepi laut yang jingga, hanya tinggal kami berdua yang masih asik memancing ikan; menikmati indahnya hidup sebagai orang pinggiran. Aku dan Gamma. Hanya berdua saja.

Ah, barangkali yang bisa kami lakukan hanya menitip doa dan rindu untuknya. Aku harap Tuhan mendengarkan, menyampaikan sekaligus menyentuh hatinya.

: Semoga gadis itu selalu Kau jaga dan baik-baik saja.



dari seorang kakak yang mengaku tulus menyayangimu,

Alfa.

(Tuban, April 2015)

0 Response to "Surat Untuk Beta"

Post a Comment